Maskapai penerbangan Indonesia yang bangkrut

Persaingan industri penerbangan dalam negeri semakin ketat seiring semakin kuatnya kondisi perekonomian nasional. Maskapai penerbangan berlomba-lomba memperkuat dan menambah armadanya untuk melayani kebutuhan masyarakat akan layanan transportasi udara.

Beberapa maskapai penerbangan berhasil melebarkan sayap bisnisnya dan terbang semakin tinggi. Namun, ada pula maskapai penerbangan yang justru ‘jatuh’ karena tidak sanggup bersaing.

Dalam sejarah dunia penerbangan komersil di Indonesia, beberapa maskapai penerbangan nasional terpaksa berhenti terbang dan tidak beroperasi karena berbagai masalah. Umumnya karena terbelit masalah utang.

Yang terbaru dan masih hangat adalah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang mempailitkan PT Metro Batavia selaku operator maskapai penerbangan Batavia Air. Sebelum Batavia Air, ada beberapa maskapai yang memiliki sejarah kelam karena terpaksa berhenti beroperasi.

Berikut enam maskapai penerbangan yang bangkrut:

1. Batavia Air

Bermula dari usaha jasa agen travel, Yudiawan Tansari, pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat ini nekat mendirikan maskapai dengan basis pasar domestik.

Dengan nama usaha PT Metro Batavia, Yudiawan mendirikan Batavia Air tahun 2001 lalu. Maskapai ini mulai resmi beroperasi pada 5 Januari tahun 2002 lampai dengan satu buah pesawat jenis Fokker F28 dan dua unit Boeing 737-200. Sebelum beroperasi secara komersil, Batavia merupakan penyedia penyewaan pesawat.

Pada awal usahanya, Batavia Air tidak melakukan promosi besar-besaran. Batavia merupakan salah satu maskapai terbaik di Indonesia. Maskapai ini memilih pasar dengan kelas menengah yaitu layanan standar, tidak murah dan tidak eksekutif.

Batavia terus melaju menembus langit Nusantara. Pada Agustus 2003, maskapai ini membuka rute internasional, yaitu Jakarta-Guangzhou, Jakarta-Pontianak-Kutching dan Jakarta-Denpasar-Perth.

Kini, Batavia yang mempunyai 33 armada pesawat ini berhasil menembus rute internasional China, Malaysia, Singapura, Timor Leste, dan Arab Saudi.

Dengan jaminan keselamatan yang tinggi, maskapai ini telah mengantongi izin penerbangan di Uni Eropa. Izin tersebut tergolong eksklusif mengingat hanya empat maskapai saja yang mendapat izin tersebut di Indonesia. Yaitu termasuk Garuda dan Lion Air.

Sejak didirikan 10 tahun yang lalu, Batavia hanya mengalami 8 kali kecelakaan kecil dan tidak merenggut satu nyawa pun. Sayangnya, berbagai prestasi tersebut hanya dihargai Rp 762 miliar oleh maskapai asal Malaysia tersebut.

2. Bouraq Airlines

Maskapai ini didirikan pada bulan April 1970 oleh Jarry Albert Sumendap. Perusahaan keluarga ini juga memiliki Bali Air yang saat ini juga sudah tidak beroperasi.

Awalnya maskapai dioperasikan Douglas DC-3. Dari tahun 1973 turboprop Hawker Siddeley HS 748 diperkenalkan pada layanan Bouraq.

Kedua maskapai penerbangan ditutup pada tahun 2005 setelah masalah keuangan yang berkepanjangan.

Penerbangan Bouraq terakhir dijadwalkan berlangsung pada bulan Juli 2005. Lisensi penerbangan telah dicabut pada 2007.

3. Jatayu Airlines

Jatayu Airlines atau Jatayu Gelang Sejahtera awalnya sebuah maskapai penerbangan charter yang didirikan pada 2000 dan pernah mengoperasikan penerbangan domestik dan internasional.?

Maskapai ini sempat berhenti beroperasi pada tahun 2007. Setelah kembali mendapat lisensi pemerintah, maskapai ini beroperasi sebagai maskapai charter, terutama untuk mengisi rute yang ditinggalkan Adam Air, yang telah dicabut lisensinya saat itu.?

Pada April 2008, Departemen Perhubungan Republik Indonesia membekukan izin penerbangan Jatayu Airlines karena tidak memenuhi kelaikan jumlah armada minimal lima buah pesawat.

4. Indonesian Airlines

Rudy Setyopurnomo adalah pendiri maskapai penerbangan Indonesian Airlines pada 1999. Maskapai ini mulai beroperasi Maret 2001 setelah pada September 1999 memperoleh izin dari pemerintah Indonesia untuk melakukan penerbangan berjadwal di 46 rute.

Perusahaan ini dimiliki oleh investor perorangan (75 persen) dan Rudy Setyopurnomo (25 persen), Presiden Direktur maskapai ini. Indonesian Airlines menghentikan operasinya pada tahun 2003.

5. Sempati Air

Sempati Air adalah sebuah maskapai penerbangan di Indonesia milik sahabat dan keluarga Soeharto (mantan Presiden Indonesia).

Didirikan pada Desember 1968 dengan nama PT Sempati Air Transport, Sempati memulai penerbangan perdananya pada Maret 1969 menggunakan pesawat DC-3. Sempati awalnya hanya menawarkan jasa transportasi bagi karyawan perusahaan minyak. Namun setelah DC-3 tambahan serta Fokker F27 dibeli, Sempati memulai penerbangan berjadwal ke Singapura, Kuala Lumpur dan Manila.

Pada pertengahan dan akhir 1980-an, armada Sempati berkembang dengan masuknya Fokker 100, Fokker 70 dan Boeing 737-200. Kemudian Airbus A300B4 juga masuk jajaran armada Sempati sehingga penerbangan ke tempat lain di Asia Tenggara dan Australia dapat dilakukan.

Nama perusahaan berubah menjadi Sempati Air pada tahun 1996. Ketika krisis moneter 1998 menghantam Indonesia, Sempati Air terpaksa menjual atau mengembalikan pesawatnya, namun tetap saja pada Juni 1998 Sempati harus menghentikan operasi perusahaannya.

Maskapai ini terpaksa berhenti beroperasi sejak 5 Juni 1998. Kode IATA yang dulu digunakan oleh Sempati Air, kini digunakan oleh maskapai penerbangan dari India “SpiceJet”.

6. Adam Air

PT. Adam SkyConnection Airlines adalah sebuah maskapai penerbangan berbiaya murah yang berbasis di Indonesia. Perusahaan ini merupakan operator maskapai penerbangan Adam Air.

Untuk rute internasional, Adam Air melayani penerbangan ke Singapura dan Penang (Malaysia). Maskapai penerbangan ini didirikan oleh Sandra Ang dan Agung Laksono. Maskapai ini mulai beroperasi pada 19 Desember 2003 dengan penerbangan perdana ke Balikpapan. Pada awal beroperasi Adam Air menggunakan dua Boeing 737 sewaan.

Saat pertama diluncurkan, Adam Air mengklaim bahwa mereka menggunakan ‘Boeing 737-400 baru’ walaupun ternyata pesawat Boeing mereka sebenarnya merupakan sewaan yang telah berusia lebih dari 15 tahun.
Kinerja Adam Air cukup baik. Pada 9 November 2006, Adam Air menerima penghargaan Award of Merit dalam the Category Low Cost Airline of the Year 2006 dalam acara 3rd Annual Asia Pacific and Middle East Aviation Outlook Summit di Singapura.

Setelah berbagai insiden dan kecelakaan yang menimpa maskapai-maskapai penerbangan di Indonesia, pemerintah memberikan peringatan kepada maskapai tersebut.

Dari hasil pemeringkatan yang diumumkan pada 22 Maret 2007, Adam Air berada di peringkat III yang berarti hanya memenuhi syarat minimal keselamatan dan masih ada beberapa persyaratan yang belum dilaksanakan dan berpotensi mengurangi tingkat keselamatan penerbangan.

Akibatnya Adam Air mendapat sanksi administratif yang ditinjau ulang kembali setiap 3 bulan. Setelah tidak ada perbaikan kinerja dalam waktu 3 bulan, Air Operator Certificate Adam Air kemudian dibekukan.

Kegiatan operasional Adam Air kemudian dihentikan sejak 17 Maret 2008. Pada 18 Maret 2008, izin terbang atau Operation Specification Adam Air dicabut Departemen Perhubungan melalui surat bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008. Isinya menyatakan bahwa Adam Air tidak diizinkan lagi menerbangkan pesawatnya berlaku efektif mulai pukul 00.00 tanggal 19 Maret 2008.

Sedangkan AOC (Aircraft Operator Certificate)nya juga ikut dicabut pada 19 Juni 2008, mengakhiri semua operasi penerbangan Adam Air.

Upaya Jokowi-Ahok untuk membebaskan Jakarta dari kemacetan sepertinya hanya akan menemui kegagalan dan tidak akan mungkin terwujud jika para penduduk di Jakarta masih semaunya sendiri dalam hal disiplin. Yang sangat jelas dan kasat mata adalah disiplin berlalu lintas. Ambil salah satu contoh saja adalah dalam hal penggunaan jalur khusus.

Setiap kali kita melewati jalanan ibukota di mana terdapat jalur busway yang terpisah dari jalur kendaraan-kendaraan lain selain bus transjakarta, jalur yang seharusnya steril itu hampir selalu dipenuhi kendaraan-kendaraan lain, dari motor sampai bajaj dan Metromini. Bahkan seperti menunjukkan betapa kebalnya akan hukum lalu lintas, oknum Polisi dan oknum TNI adalah salah satu pengguna jalan yang tak segan menggunakan jalur Busway ini. Entah mereka beralasan karena demi kepentingan tugas sehingga harus cepat-cepat sampai ke kantornya atau apapun itu, yang jelas inilah kesemrawutan Jalur Busway. Jika berbicara masalah perlu cepat sampai ke kantor, semua juga perlu cepat!

Menjadi pemandangan yang tak asing lagi bagi kita manakala kendaraan dengan plat dinas pun melenggang santai di jalur busway sehingga orang-orang umum/masyarakat pun akhirnya ikut-ikutan masuk jalur busway ini seakan-akan masyarakat sudah mendapat legalitas karena melihat banyaknya oknum yang menggunakan jalur tersebut.

Tak hanya itu saja. Kendaraan seukuran bus transjakarta pun, bis-bis swasta yang tidak berhak menggunakan jalur busway, sangat sering menjadi penyebab mandeknya jalur tersebut. Seringkali bus transjakarta justru menunggu atau berada di belakang kendaraan-kendaraan lain.

Kira-kira seminggu yang lalu saya mendapati kejadian yang lebih mengerikan lagi. Seperti biasa, saya menumpang bus transjakarta untuk ke tempat kerja saya di Gunung Sahari. Ketika bus transjakarta melewati daerah Jatinegara, bus besar 213 jurusan Kampung Melayu-Grogol tiba-tiba nyelonong ke jalur busway sehingga bus transjakarta pun terseok-seok di belakangnya. Tak begitu lama kemudian bus besar tersebut tiba-tiba terhenti karena mogok. Tak ayal bus transjakarta yang saya tumpangi pun mau tak mau turut berhenti lama/menunggu sementara bus di depan sedang diperbaiki.

Akhirnya, dengan dibantu polisi yang kebetulan sedang bertugas bus itu pun didorong beramai-ramai oleh para penumpangnya agar keluar dari jalur. Konon, entah benar entah tidak, bus-bus besar itu tidak takut atau ragu melewati jalur busway karena ada oknum dari aparat di belakangnya sehingga tak terlalu bermasalah jika kedapatan melanggar lalu lintas.

Jika kondisinya masih seperti ini terus, rasa-rasanya impian Jakarta menjadi kota yang bebas macet hanyalah mimpi-mimpi kosong saja. Bukan karena gubernurnya tidak mampu, tetapi karena minimnya kesadaran dari masyarakat kita sendiri, dan pihak aparat penegak hukumnya sendiri yang tidak tegas dalam bertindak.

Tambahan:

Jenis-Jenis Kendaraan yang Menggunakan Premium, Pertamax, Pertamax Plus

Berikut daftar bahan bakar motor dan mobil sesuai rasio kompresi :

YAMAHA
Vega-R (9.3:1) Pertamax
Vega-ZR (9.3:1) Pertamax
Mio (8.8:1) Premium
Jupiter (9.0:1) Premium
F1ZR (7.1:1) Premium
RX-KING (6.9:1) Premium
YT 115 (7.2:1) Premium
RZR (7:01) Premium
Nouvo (8.8:1) Premium
Crypton (9.0 : 1) Premium
Yamaha Alfa (7.2 : 1) Premium
Yamaha RXZ (7.0 : 1) Premium

Jupiter-Z (9.3:1) Pertamax
Jupiter MX-135LC (10.9:1) Pertamax Plus
Scorpio-Z (9.5:1) Pertamax
VIXION (10.4:1) Pertamax/pertamax plus
Majesty 125 (11:01) Pertamax Plus
Scorpio (9.5:1) Pertamax

SUZUKI
Satria FU (10.2:1) Pertamax/pertamax plus
Shogun New FL125 Series (9.6 : 1) Pertamax
Shogun FD125 X (9,5 : 1) Pertamax
Thunder 125 (9.2 : 1) Premium/Pertamax
Spin 125 (9.6:1) Pertamax
SkyWave 125 (9.6 :1) Pertamax

KAWASAKI
Kawasaki Blitz R 53 mm x 50.6mm 111 cc 9.3 : 1 (Pertamax)
Kawasaki Athlete 56 mm x 50.6mm 124.6 cc 9.8 : 1 (Pertamax)
Kawasaki Ninja 250 62 mm x 41.2mm 2x 250 cc 11.5 : 1 (Pertamax Plus)
Kawasaki KLX 250 72 mm x 61,2mm 249cc 11 : 1 (Pertamax Plus)
Kawasaki Ninja RR 150 7.2 : 1 (Premium)
Kawasaki Kaze 9.3 : 1 (Pertamax)

HONDA
Honda GL 100 52 x 49.5mm 105.1 cc 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda GL Max 56.5 x 49.5mm 124.1 cc 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda GL Pro 61.0 x 49.5mm 144.7cc 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda Supra 50.0 x 49.5mm 97.1 cc 8.8 : 1 (Premium)
Honda Tiger 63.5 x 62.2 mm 196.9cc 9.0 : 1 (Premium)
Honda Megapro 63,5 x 49,5 mm 156.7cc 9.0 : 1 (Premium)
Honda CS-1 58 x 47,2 mm 124.7 cc 10.7 : 1 (Pertamax Plus)
Honda Supra PGM FI 52,4 x 57,9 mm 124.8cc 9.0 : 1 (Premium)
Honda Blade 50 x 55,6 mm 109.1 cc 9.0 : 1 (Premium)
Honda Vario 10, 7:1 (Pertamax Plus)
Honda CBR 150 R 11:1 ( Pertamax Plus)
Honda Beat 125 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda Scoopy 108 cc 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda Absolute Revo 110 cc 9 : 1 (Premium)

Mobil :

Suzuki
Swift 9,5:1 Pertamax
Grand Vitara 10,5:1 Pertamax Plus
Grand Escudo XL-7 9,5:1 Pertamax
Escudo 2.0 9,3:1 Premium/Pertamax
Escudo 1.6 9,5:1 Pertamax
Baleno 9,5:1 Pertamax
Aerio 9,5:1 Pertamax
APV 9,0:1 Premium/Pertamax
Karimun 8,8:1 Premium
Katana 8,8:1 Premium
Carry 1.5 8,9:1 Premium
Carry 1.0 8,9:1 Premium
Carry 1.3 9,0:1 Premium
Esteem 1.6 GT 9,5:1 Pertamax
Side Kick 8,9:1 Premium
SX-4 10,5:1 Pertamax Plus

Honda
Jazz I-Dsi 10,4:1 Pertamax/Pertamax Plus
Jazz V-Tec 10,1:1 Pertamax/Pertamax Plus
City I-DSi 10,5:1 Pertamax/Pertamax Plus
City V-Tec 10,1:1 Pertamax/Pertamax Plus
Stream 1.7 9,5:1 Pertamax
Stream 2.0 9,4:1 Pertamax

Toyota
Starlet XL 1.000 cc 9,3:1 Premium/Pertamax
Starlet SE 1.3 9,5:1 Pertamax
Twin Cam 9,5:1 Pertamax
Great Corolla 9,5:1 Pertamax
Avanza 11:1 Pertamax Plus
Yaris 10,5:1 Pertamax/Pertamax Plus
Innova 2.0 9,8:1 Pertamax
Innova 2.7 9,7:1 Pertamax
Rush 10:1 Pertamax/Plus
Alphard 2400 cc 9.8 : 1 Pertamax
Alphard 3500 cc 10.8 : 1 Pertamax Plus

Nissan
X-Trail 2.0 9,9:1 Pertamax
Terano 8,3:1 Premium
Livina 1.5L 10,5:1 Pertamax/Pertamax Plus
Livina 1.8L 9,9:1 Pertamax
Sentra Genesis 9,3:1 Pertamax
Cefiro 9,5:1 Pertamax/Pertamax Plus

Daihatsu
Xenia EJ (vvti) 11:1 Pertamax Plus
Terios 10,0:1 Pertamax/Pertamax Plus
Taruna EFI 9,5:1 Pertamax/Pertamax Plus
Sirion 10,0:1 Pertamax/Pertamax Plus
Ceria 9,5:1 Pertamax

Mitsubishi
Eterna DOHC 9,8:1 Pertamax
Eterna SOHC 8,5:1 Premium
Lancer DOHC 10,5:1 Pertamax Plus

Dikutip dari berbagai Sumber (wikipedia dll.)

Bahkan update terbaru bisa membuat anda tetap percaya dengan penggunaan premium untuk kendaraan anda. lihat saja informasinya…
Sekarang pertamina sudah tidak menggunakan timbal lagi ke bensin premium, sebagai penggantinya digunakan HOMC(High Octane Mogas Component) yg lebih ramah lingkungan. Jadi premium untuk saat ini sudah bebas timbal.

For Sumber http://www.migas-indonesia.com/index.php?module=article&sub=article&act=view&id=4381&print=1
Ini juga pesan buat anda yang suka membeli mobil build up…
Hati2 ada sedikit perbedaan antara perhitungan nilai oktan di Indonesia dg di Luar negeri, di kita nilai oktan hanya dari RON (Research octane number) nah klo di luar negeri rata2 makenya adalah perhitungan dari rata2 RON dan MON (motor octane number), misalnya nilai oktan 87-88 di Amerika sama aja ky nilai oktan 92++ di Indonesia,jadi klo yg beli kendaraan import ati2 aja, dan baca buku manualnya dg hati2.

Bagaimana??? apakah anda masih tetap memilih tanpa melihat spesifikasi kendaraan anda??? Semoga artikel ini bermanfaat ya…

di posting oleh : fadhlil hadi

Daftar kendaraan yang dapat menggunakan BBM bersubsidi

Pemerintah siap melakukan pembatasan penggunaan bahan bakar minyak bersubsidi mulai awal Mei mendatang. Salah satu opsi yang dipilih adalah mobil pribadi dengan mesin berkapasitas di atas 1.500 cc tidak boleh menggunakan Premium. dan Mobil dari intitusi Pemerintahan juga tidak dapat menggunakan BBM bersubusi , mulai dari mobil dinas hingga kendaraan antar jemput pera pegawai negeri tidak dapat menikmati BBM bersubsidi .

Kami mencoba merangkum daftar mobil baru ( 2008 – 20013 ) di dalam pasar otomotif yang dijual di Indonesia dengan menggunakan mesin berkapasitas di bawah 1.500 cc (bensin)

Toyota:

– All New Avanza 1.3 (1.298 cc)

– All New Avanza 1.5 (1.498 cc)

– Rush (1.496 cc)

– Vios (1.497 cc)

– Yaris (1.497 cc)

Daihatsu:

– All New Xenia 1.0 (989 cc)

– All New Xenia 1.3 (1.298 cc)

– Sirion (1.298 cc)

– Terios (1.496 cc)

– Luxio (1.496 cc)

– Grand Max 1.3 (1.298)

– Grand Max 1.5 (1.496)

Suzuki:

– APV (1.493 cc)

– Swift (1.490 cc)

– SX4 (1.490 cc)

– Ertiga (1.398 cc)

– Karimun Estilo (998 cc)

– Splash (1.197 cc)

Nissan:

– March (1.198 cc)

– Juke (1.498 cc)

– Grand Livina 1.5 (1.498 cc)

– Livina X-Gear (1.498 cc)

– Livina (1.498 cc)

Honda:

– All New Jazz (1.497 cc)

– All New City (1.497 cc)

– Freed (1.497 cc)

Mazda:

– Mazda2 (1.498 cc)

– Mazda2 sedan (1.498 cc)

– RX-8 (1.308 cc)

Volkswagen:

– VW New Golf 1.4 TSI (1.390 cc)

– VW New Polo 1.4 (1.390 cc)

– VW New Touran 1.4 TSI (1.390 cc)

Hyundai:

– Grand Avega (1.396 cc)

– i10 (1.086 cc)

– i20 (1.399 cc)

– Avega facelift (1.495 cc)

– Avega (1.495 cc)

Chevrolet:

– Spark (1.206 cc)

– Kalos (1.498 cc)

– Aveo (1.498 cc)

Geely:

– Panda (1.300 cc)

– Panda LC Cross (1.300 cc)

– MK II Hatchback (1.498 cc)

– MK Sedan (1.498 cc)

KIA:

– All New Rio (1.396 cc)

– All New Pincato (1.248 cc)

Ford:

– Fiesta 1.4 (1.388 cc)

Smart:

– For Two (999 cc)

Chery:

– QQ (1.083 cc)

Mitsubishi:

– Maven (1.468 cc)

Subaru:

– New Impreza 1.5 (1.498 cc)

Peugeot:

– 207 facelift (1.398 cc)