Upaya Jokowi-Ahok untuk membebaskan Jakarta dari kemacetan sepertinya hanya akan menemui kegagalan dan tidak akan mungkin terwujud jika para penduduk di Jakarta masih semaunya sendiri dalam hal disiplin. Yang sangat jelas dan kasat mata adalah disiplin berlalu lintas. Ambil salah satu contoh saja adalah dalam hal penggunaan jalur khusus.

Setiap kali kita melewati jalanan ibukota di mana terdapat jalur busway yang terpisah dari jalur kendaraan-kendaraan lain selain bus transjakarta, jalur yang seharusnya steril itu hampir selalu dipenuhi kendaraan-kendaraan lain, dari motor sampai bajaj dan Metromini. Bahkan seperti menunjukkan betapa kebalnya akan hukum lalu lintas, oknum Polisi dan oknum TNI adalah salah satu pengguna jalan yang tak segan menggunakan jalur Busway ini. Entah mereka beralasan karena demi kepentingan tugas sehingga harus cepat-cepat sampai ke kantornya atau apapun itu, yang jelas inilah kesemrawutan Jalur Busway. Jika berbicara masalah perlu cepat sampai ke kantor, semua juga perlu cepat!

Menjadi pemandangan yang tak asing lagi bagi kita manakala kendaraan dengan plat dinas pun melenggang santai di jalur busway sehingga orang-orang umum/masyarakat pun akhirnya ikut-ikutan masuk jalur busway ini seakan-akan masyarakat sudah mendapat legalitas karena melihat banyaknya oknum yang menggunakan jalur tersebut.

Tak hanya itu saja. Kendaraan seukuran bus transjakarta pun, bis-bis swasta yang tidak berhak menggunakan jalur busway, sangat sering menjadi penyebab mandeknya jalur tersebut. Seringkali bus transjakarta justru menunggu atau berada di belakang kendaraan-kendaraan lain.

Kira-kira seminggu yang lalu saya mendapati kejadian yang lebih mengerikan lagi. Seperti biasa, saya menumpang bus transjakarta untuk ke tempat kerja saya di Gunung Sahari. Ketika bus transjakarta melewati daerah Jatinegara, bus besar 213 jurusan Kampung Melayu-Grogol tiba-tiba nyelonong ke jalur busway sehingga bus transjakarta pun terseok-seok di belakangnya. Tak begitu lama kemudian bus besar tersebut tiba-tiba terhenti karena mogok. Tak ayal bus transjakarta yang saya tumpangi pun mau tak mau turut berhenti lama/menunggu sementara bus di depan sedang diperbaiki.

Akhirnya, dengan dibantu polisi yang kebetulan sedang bertugas bus itu pun didorong beramai-ramai oleh para penumpangnya agar keluar dari jalur. Konon, entah benar entah tidak, bus-bus besar itu tidak takut atau ragu melewati jalur busway karena ada oknum dari aparat di belakangnya sehingga tak terlalu bermasalah jika kedapatan melanggar lalu lintas.

Jika kondisinya masih seperti ini terus, rasa-rasanya impian Jakarta menjadi kota yang bebas macet hanyalah mimpi-mimpi kosong saja. Bukan karena gubernurnya tidak mampu, tetapi karena minimnya kesadaran dari masyarakat kita sendiri, dan pihak aparat penegak hukumnya sendiri yang tidak tegas dalam bertindak.

Tambahan:

Leave a comment