Bank Indonesia menyebutkan mudahnya masyarakat mendapatkan motor dengan cara kredit sebagai salah satu alasan di balik keluarnya Surat Edaran Bank Indonesia No 14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 perihal penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB).
Mudahnya masyarakat mendapatkan KKB bisa memicu kredit konsumsi yang berlebihan. “Dengan uang Rp 100.000-Rp 200.000 (masyarakat) sudah bisa dapat kendaraan bermotor. faktor ini menjadika salah satu meluapnya kemacetan di jakarta . Lihat di jalan itu kalau di lampu merah itu agak ngeri juga. Nyebrangsaja agak keserempet-serempet. Artinya ini dengan gampang sekali untuk mendapatkan kredit kendaraan bermotor dengan Rp 200.000 kita bisa dapat,” ujar Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Filianingsih Hendarta, dalam diskusi dengan wartawan, di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (20/3/2012).
Filianingsih mengatakan, kondisi yang terjadi adalah masyarakat dengan mudahnya membeli motor dengan uang muka yang rendah. Tetapi ternyata mereka sulit untuk membayar cicilan setiap bulan mengingat kondisi keuangannya yang tidak cukup. “Kalau belum waktunya DP (atau) naik sepeda motor, jangan naik sepeda motor,” tegas dia.
Kondisi mudahnya masyarakat mendapatkan KKB menjadi salah satu yang diperhitungkan Bank Indonesia mengeluarkan aturan sekalipun rasio kredit bermasalah (NPL) KKB rendah yakni 1 persen. Malah, menurut dia, uang muka kredit yang rendah bisa memicu NPL yang semakin tinggi.